Allah Ghoyatuna.. Muhammad Qudwatuna

Allah tujuan kami.. Rasulullah teladan kami. Alqur'an pedoman hidup kami, Jihad adalah jalan juang kami. Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi

UNS

Universitas Negeri Syariah.. Aamiin

Informatic Engineering

Bersama Allah, Selalu dan selamanya

Jagalah Alloh, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Alloh, niscaya Dia akan selalu bersamamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh.[HR. Tirmidzi]

Karena Kita Saudara

Allahummanshur Mujaahidiina fii Filisthin, wa fii Iraaq, wa fii Afghon, wa fii Thaliban, wa fii Kashmir, wa fii Bosnia, wa fii Somalia, wa fii Moro, wa fii Shiin, wa fii Fathani, wa fii Xinjiang, wa fii Rohingya, wa fii Thailand, wa fii kulli makaan wa fii kulli zamaan.....Aamiin....

Minggu, 08 Februari 2009

Cerpen tuk Palestina...


BATU-BATU PERJUANGAN

“Bantulah kami, meski hanya dengan potongan batu”

Kutuliskan permohonan itu di sisi dinding yang runtuh ditabrak oleh roket Israel. Sisi dinding ini dulu adalah rumahku. Pasukan Zionis itu telah meluluhlantakkan rumahku juga rumah-rumah tetanggaku. Benar-benar biadab yahudi itu! mereka telah membunuh dan menyiksa saudara-saudaraku dan orang-orang yang aku cintai termasuk Abi dan Umiku.

Ingatanku melayang pada malam sekitar 21 hari yang lalu. Setetes air tiba-tiba bergulir di pipiku. Hari dimana peristiwa yang sangat menyedihkan bagiku terjadi. Ketika itu keluargaku berkumpul bersama di rumah ini. Walau malam telah larut, senandung ayat Al Qur’an dan dzikir tetap menggema di rumah ini. Aku terus mengumandangkan ayat-ayat suci Al Qur’an. Sementara adikku, Fathimah tidur dalam pangkuanku. Umi sedang menggendong Raihan, si bungsu sambil terus berusaha membuat Raihan tidur. Sementara di ruangan lainnya, kudengar Abi terus berdzikir dan mengucapkan shalawat Nabi.

Aku berhenti sejenak, kulihat Raihan yang sudah mulai tidur. Aku tersenyum bahagia melihat Raihan, wajahnya lugu, tak berdosa. Umi juga tersenyum kepadaku.

“Amir, kalau sudah mengantuk, tidur saja.” Kata Abi lembut kepadaku. Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Abi tadi. Aku belum ingin tidur, rasanya ada yang mengganjal hatiku dan menyuruhnya untuk tidak tidur. Malam semakin larut, Abi dan Umi sudah terlelap tidur. Hanya Aku yang masih terjaga.

Tiba-tiba dari kejauhan kudengar keriuhan. Suara senapan. Pistol. Dentuman. Suara ledakan. Gemuruh menggema suara teriakan.

“Serang!”

“Tembak!”

“Bunuh!”

“Bakar!”

Aku merinding mendengarnya. Kualihkan Fathimah dari pangkuanku, anak umur 7 tahun ini terlihat masih pulas tidur tak merasakan apa yang terjadi di luar sana. Aku mengintip dari jendela rumahku. Hiruk pikuk terjadi di luar sana. Semua berlari menyelamatkan diri. Banyak yang telah tertembak dan terkapar. Terdengar ratapan, tangisan, jeritan yang menyayat hati. Para lelaki mencoba melakukan dengan senjata seadanya, bahkan dengan batu sekalipun. Darah terus mengalir membentuk genangan. Pekat. Merah. Terlihat dimana-mana.

Semua orang di rumahku terjaga dari tidurnya. Mereka mendengar keriuhan di luar sana. Abi berjaga di depan pintu mencoba melindungi kami di sini. Umi dengan segera menggendong Raihan dan Fathimah memeluk Umi erat-erat. Wajahnya terlihat ketakutan mendengar suara-suara di luar rumah.

Kudengar suara pasukan Israel semakin mendekat. Hatiku semakin tegang campur aduk tak karuan.

“BRAAK!!!”

Pintu kayu rumah hancur berantakan diterjang mortir. Abi terpental. Kepala Abi remuk terkena pecahan mortir. Abi mati syahid.

“Nak, TOOOLOONG!” teriak Umi ketakutan.

“Umiiiiiiii!”
DOR! DOR! DOR!

Perempuan itu tersungkur di ranjang anaknya, dengan kepala tertembus timah panas. Umi syahid. Raihan yang ada dalam gendongannya ikut terkena timah panas itu. Anak umur dua tahun itu mati syahid.

“Fathimaah!”

Fathimah dengan sekuat tenaga terus melawan. Pasukan yahudi itu terus memukulnya, menarik-narik jilbabnya. Menendangnya hingga tersungkur ke tanah. CRESH! Leher anak itu tergores pisau. Fathimah terjatuh menahan perihnya goresan pisau itu. perlahan-lahan nafasnya mulai terputus-putus sampai akhirnya Dia syahid.

Aku terbelalak! Ternganga! Terpaku! Tak bergerak melihat semua ini. Tubuhku masih kaku tak bisa berbuat apa-apa. Dadaku naik turun, detak jantungku seakan berkejar-kejaran. Jiwaku terasa dihantam palu raksasa berkali-kali. Tapi tak ada setetes air mata pun yang menetes hanya batinku yang merintih. Aku melihat semua! Aku melihat semua anggota keluargaku dibantai oleh yahudi laknatullah

Tiba-tiba tangan-tangan jahanam itu menyeretku. Mendorong tubuhku, memukul-mukul kepalaku dan tubuhku. Aku mencoba melindungi diriku dan mencoba melawannya. Aku menendang, mencakar, meludahi Yahudi jahanam itu! kulempar semua barang yang ada di sekitarku ke hadapan mereka. Hup, Alhamdulillah aku berhasil merampas sebuah senjata! Meski aku terdesak, dengan seluruh tenaga aku menumpahkan isi senjata ke arah empat tentara Israel itu. Mereka terlihat tak kuasa menahan seranganku. Lalu dengan sekuat tenaga aku berlari meninggalkan rumahku. Napasku tersengal-sengal kadang tersandung tubuh-tubuh manusia yang terbujur kaku di tengah jalan.

Tiba-tiba melintas sebuah pesawat Israel, membawa roket-roket yang dijatuhkan di pemukiman warga. Tziuuu….BOOOM!!! Aku melihat pesawat itu menjatuhkan roketnya tepat di atas rumahku. Dalam hitungan detik rumahku luluh lantak tak berbentuk dan kobaran api merajalela menjalar seketika.

Alhamdulillah aku selamat. ALLAH MAHA KUASA!!!

“Assalamu’alaikum ya Amir, ada apa denganmu?” kata Ismail membuyarkan lamunanku. Aku lalu mengusap air mata yang tadi sempat meleleh di pipiku.

“Wa’alaikumsalam. Tidak, aku tak papa. Aku hanya ingat dengan keluargaku.”

“Tenanglah, Allah pasti akan memberikan surga kepada mereka. Kamu harus yakin dengan itu.” Dia lalu menatap wajahku dalam-dalam seakan memberikan isyarat bahwa aku harus percaya dengan perkataannya.

Aku lalu mengangguk, “Iya, aku percaya itu dan sekarang aku harus terus berjuang mempertahankan tanah ini.”

“Ya. Allah berfirman dalam Al Qur’an. Orang yahudi tak akan rela sampai kita mengikuti mereka. Maka dari itu kita harus terus berjuang. Menegakkan dien Allah dan mempertahankan tanah ini.” Katanya menambahi ucapanku.

“Sekarang mari kita shalat jum’at. Kulihat matahari sudah berada di atas kepala kita.” katanya mengajakku. Aku lalu mengangguk lalu mengikuti langkah-langkahnya menuju satu-satunya masjid yang masih tersisa di kampungku, kampung Zaitun yang memang terletak di Gaza.

Nasib Ismail hampir sama sepertiku. Keluarganya juga syahid di tangan yahudi-yahudi itu tetapi dia masih mempunyai seorang kakak laki-laki. Di usianya yang sama denganku, 12 tahun, Dia bisa membangkitkan ghirah kami, anak-anak sebayanya untuk terus selalu bertahan dan berjuang melawan yahudi laknatullah itu. Dia termasuk anak yang cerdas, dia sudah hafidz Al Qur’an pada usia tujuh tahun dan setahun kemudian aku bisa menyusulnya.

Selesai shalat jum’at, Aku melintasi serambi masjid bersama Ismail. Tak sengaja mataku memandang ke arah halaman masjid ini. Kulihat batu-batu berserakan di mana-mana. Aku lalu berhenti berjalan, terasa ada ide di kepalaku.

“Wahai Ismail, bagaimana kalau kita mengumpulkan batu-batu yang berserakan itu?”

“Ahh Iya. Itu akan jadi senjata kita untuk melawan yahudi itu. ” Wajah Ismail berbinar-binar ketika mengucapkannya. Aku dan Ismail lalu berusaha mengumpulkan batu sebanyak-banyaknya. Kumasukkan batu itu ke dalam saku celana, saku baju dan kukumpulkan dalam sorban yang dibelikan Abi untukku.

oooOooo

DUAAR!!! Sebuah tembakan menghancurkan dinding sisa rumah tempat aku dan Ismail berlindung. Memecah keheningan malam yang dingin di kampungku. Lebih dari sepuluh tentara Israel bersenjata lengkap mendekati kami dari berbagai penjuru. Kami terkepung.

Aku tak gentar sedikit pun menghadapi mereka. Semangatku memuncak. Aku tak boleh berdiam diri dan terpaku. Ini tanah Palestina kita, yahudi atau siapapun boleh tinggal di sini tapi tidak untuk merampasnya!! Aku menggengam batu yang telah kukumpulkan tadi.

“Allaaaahu Akbar!” teriakku sambil melemparkan batu ke arah yahudi-yahudi itu. Ismail juga turut melemparkan batu-batu itu. Yahudi-yahudi itu membalasnya dengan timah panas. Dimana keadilan itu?!!!

Aku bergulingan menghidari timah panas yang mengarah kepadaku. Beberapa timah panas mengenai kepala Ismail. Dia jatuh tersungkur. Napasnya terputus-putus. Mulutnya terus mengucap kata Laa ilahailallahu. Tapi lama kelamaan suaranya mulai pelan dan sampai akhirnya tak terdengar sama sekali. Ismail syahid.

Dadaku bergemuruh. Batinku linu melihat semua ini. Aku melempar berkali-kali batu yang kupunyai. Sekedar untuk menahan timah panas yang ditumpahkan yahudi lakanatullah itu. Tentara Israel masih beringas melawanku. Dari muka mereka mengucur darah terkena batu yang kulempar. Aku melempar dan terus melempar. Tapi… batu-batu itu telah habis. Tak ada senjata di tangan.

Seorang yahudi tersenyum sinis penuh kemenangan kepadaku. Aku tak gentar dan tak akan mundur menghadapi yahudi itu. Sebuah senapan mengarah ke kepalaku.

DHUAR!!! Tubuhku jatuh ke bumi. Lalu berondongan tembakan mengenai seluruh tubuhku. Darah mengalir bercucuran makin lama makin deras. La ilahailallahu…la ilahailallahu…kataku berkali-kali. Aku tersenyum bahagia. Aku akan bertemu dengan Allah, Rosul dan menyusul keluargaku. Kulihat sinar yang terang benderang berada tepat di depan mataku.

ALLAHU AKBAR!!!

Solo, 21 Januari 2009

SPIRIT, Beranilah Bermimpi....!!!

“Relieze the power of the dream”

Kubaca slide yang ditampilkan oleh Danang Ambar Prabowo ketika aku baru saja masuk ke Aula FE UNS. Hari itu Sabtu, 3 Januari 2009 diadakan acara AMP (Achievement Muslim Power) dengan mengundang Danang A.P. Mawapres Nasional 2007, mahasiswa IPB, pendaki gunung Fujiyama, Jepang. Subhanallah…sungguh prestasi yang luar biasa…

Sebelumnya aku sudah pernah melihat video yang dibuat olehnya. Video yang memuat motivasi untuk berani bermimpi dan terus berusaha untuk mewujudkan mimpi. Beliau menuliskan 100 mimpinya di atas kertas dan subhanallah… satu per satu dari mimpinya bisa terwujud, salah satunya yaitu pergi ke jepang sebelum Beliau lulus dari IPB.

Aku datang 1 jam setelah acara ini dimulai. Sebenarnya sayang banget nggak ngikuti acara ini dari awal, tapi yah gimana lagi ada agenda yang harus aku laksanakan. Berhubung datenge telat, aku dapet tempat duduk belakang sendiri. Rada-rada nggak liat panggung dimana akh Danang berdiri tapi itu nggak ngurangi esensi dari acara bagiku.

Kurang lebih dalam acara AMP ini, akh Danang menyampaikan formula SPIRIT, yaitu

- Siapkan diri secara optimal

Orang hebat menjadi luar biasa hebat ketika hambatan yang harus dilaluinya juga luar biasa hebat. Menjadi orang yang sukses pasti ada resikonya, tapi yakinlah bahwa suatu saat pasti kita akan berhasil. Siapkan diri kita sebaik-baiknya untuk mencapai cita-cita kita, sebenarnya lawan yang harus dihadapi adalah diri kita sendiri.

- Potensimu segera temukan dan segera manfaatkan

Jika kita mengetahui potensi yang kita miliki, maka kita tidak akan buang-buang waktu. Jika mengetahui potensi yang dimiliki adalah menulis maka kita akan lebih berfokus untuk mengembangkan potensi kita sampai akhirnya kita bisa berprestasi dengan potensi yang kita miliki. Lebih bagus lagi apabila kita bekerja pada tim yang solid agar potensi kita bisa melejit.

- Inspiratormu, “temui” dan belajar darinya

Tentu saja inspirator kita adalah Nabi Muhammad SAW yang segala tindak tanduknya harus kita teladani. Maksud temui di sini adalah kita bisa bertemu dengan Beliau melalui membaca Sirah Nabawiyah dan terus menerus belajar dari Beliau.

- Rumuskan hidupmu secara baik dan spesifik

Sampai sekarang banyak orang yang masih merumuskan cita-cita hidupnya secara klise, tidak spesifik. Misalnya kita ingin menjadi orang yang sukses, cita-cita ini kurang spesifik. Kita ingin sukses dalam bidang apa? Tentukan tujuan yang ingin kita capai, Kemudian langkah-langkah apa yang harus kita lakukan? Tuliskan hambatan yang mungkin terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Dengan begitu kita bisa lebih mudah dalam mencapai cita-cita kita.

- Ibumu, Ibumu, Ibumu, Dialah sumber keridhaan Allah

Dalam setiap usaha kita, usahakan selalu meminta ridha dan doa dari orang tua khususnya Ibu. Ridha Ibu adalah ridha Allah dan murka Ibu adalah murka Allah. Dan jangan lupa ketika kita sudah berhasil mencapai tujuan yang kita inginkan segera kabarkan pada Ibu, agar Beliau juga turut serta bahagia bersama kita.

- Terbanglah tinggi dengan sayap prestasimu

Yakinlah bahwa di punggung kita terdapat sayap yaitu prestasi. Lalu terbanglah tinggi dengan sayap prestasimu itu. Beranilah untuk mengambil resiko, jangan hanya menjadi penonton semua orang juga bisa tapi jadilah pemain dalam dunia ini.

Sering kita bertanya, “Kenapa Saya tidak sepintar Dia?”, “Kenapa Saya tidak secantik/seganteng Dia?” Cobalah kita kembalikan pertanyaan itu kepada diri kita sendiri, “KENAPA?” kenapa Anda harus menjadi seperti orang lain? Kenapa Anda harus secantik orang lain, kenapa Anda harus sepintar orang lain. Apakah Anda harus menjadi orang lain? TIDAK!!! Allah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya, Allah menciptakan kita berbeda. Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Yakinlah ada suatu kelebihan dalam diri Anda yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sekarang bagaimana Anda mengoptimalkan kelebihan Anda.

Begitulah kira-kira yang bisa ku tangkap dari acara AMP ini. Di akhir acara ada sebuah renungan tentang ibu. Bagaimana sikap kita selama ini yang masih tidak begitu menghargai jasa-jasa Ibu. Renungan yang membuat banyak peserta acara ini meneteskan air matanya. Bagiku ini merupakan acara yang banyak memberikan motivasi bagiku. Semoga aku bisa diberi kesempatan untuk ikut acara-acara seperti ini lagi AMIN

Purbalingga, 30 Januari 2009

Benarkah Engkau Seorang Pejuang?

Engkau ingin berjuang, tapi tidak mampu menerima ujian
Rusak oleh pujian, tidak sepenuhnya menerima pimpinan
Dan tidak begitu setia kawan
Engkau ingin berjuang tapi tidak sanggup berkorban
Tidak sanggup terima cobaan dan hanya ingin jadi pemimpin agar pengikut menjadi agak segan
Engkau ingin berjuang tapi kesehatan dan kerehatan tidak sanggup engkau korbankan
Dan waktu tidak sanggup engkau luangkan
Engkau ingin berjuang tapi dirimu tidak engkau tingkatkan, disiplin dari engkau abaikan
Janji kurang engkau tunaikan dan kasih sayang engkau abaikan

Purbalingga, 26 januari 2009