Tanggapan pertama dari beberapa
teman ketika mengetahui kalo saya punya adik laki-laki adalah waah.. pasti
nggak enak rasanya.. L Yang nyebelin, nggak mau diatur,
nakal, diajak ngobrol nggak nyambung (emang kabel ya?) hmm.. pokoknya nggak
enaklah, apalagi kalo sudah nyangkut sama pilihan atau memutuskan sesuatu,
lamaaaa.. gatuknya.. Tapi alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan untukku
hidup bersama dengan adik laki-laki, bahkan lebih dari satu dan semuanya
laki-laki.. Rame pastinya, banyak yang beda sehingga banyak yang diobrolkan J
Punya adik laki-laki itu nggak
selamanya nggak enak, bahkan banyak enaknya. Dari situ saya bisa belajar banyak
hal. Belajar untuk bisa menjadi teladan bagi mereka, walau itu sering jadi beban
tersendiri seorang kakak pertama. Ingat rasanya dulu ketika orangtuaku selalu
mengarahkanku untuk melakukan yang terbaik sehingga bisa dicontoh adik-adikku.
Termasuk dalam memilih sekolah, supaya belajar yang serius, beribadah yang
benar. Kan kalo adik ada contoh dari
kakaknya gampang mengarahkannya, begitu kata bapak.
Belajar untuk bisa menjaganya,
membimbingnya supaya lebih baik dariku sekarang. Ya kalau boleh dibilang anak
pertama itu adalah percobaan untuk selanjutnya adik-adiknya supaya lebih baik
darinya. Karena dia duluan yang mengalaminya, jadi sudah tahu dan paham
mengahadapinya. Kewajibannya adalah mengarahkan adiknya supaya bisa lebih baik
darinya. Menjadi temannya untuk mendengarkan curhat masalahnya, menjadi gurunya
ketika dia kesulitan belajar, dan menjadi pembimbingnya ketika dia bingung
menentukan arah hidupnya.
Dan dari situ, saya belajar untuk
bisa menyikapi cara pandang yang berbeda tentang suatu masalah. Cara pandang yang
beda secara logika dan perasaan. Atau perasaan yang cuek dan sensitif tentang
suatu hal. Hmmm.. bukan berujung mencari perbedaan dan meributkan suatu hal tapi
kita berusaha mencari solusi terbaik. He, jadi terbiasa ngobrol dengan bahasa
yang kadang sulit dimengerti kaum perempuan dan mementingkan rasionya ketimbang
perasaannya.
Mencoba untuk mengikis rasa melankolis dominan
perempuan untuk bisa menerima logika laki-laki. Kurasa memang analisis adikku
yang paling besar dalam menghadapi masalah terkadang memang lebih jos daripada
saya. Sikapnya kadang keras kepala dan cuek tapi bisa menghadapi masalah dengan
tenang dan mampu menyelesaikannya tanpa banyak rempongnya. Kalo ada masalah, nggak usah dianggep beban yang penting diselesaikan
sebisa kita. Ndak usah menunjukkan kalo kita banyak masalah, seolah-olah kita
jadi orang yang paling malang di dunia.. huah, berat deh kata-katanya dia.. J
Finally.. walaupun jarak yang
memisahkan kita, semoga Allah menjaganya dengan baik. Aamiin.. sering terlontar
pertanyaan “kapan pulang mba?” atau “kapan lulus mba, kok skripsinya belum
selesai mba?” hehe.. maaf ya adik, mungkin mba belum bisa menjadi contoh yang
baik untuk kalian, belum bisa memberikan perhatian yang baik untuk bisa
mengarahkan kalian. Atau menjadi teman untuk membantu ketika kalian ada masalah.
Yang mba harapkan.. Di usia yang semakin bertambah dewasa, semoga kalian bisa menjaga diri dengan baik. Bukan hanya untuk keluarga, tapi juga untuk agama, dien yang kita cintai ini.. J
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu...